Cendekiamanah.sch.id, Depok-Maraknya lembaga pendidikan quran masa kini terkesan sangat masif. Hal ini banyak kita jumpai dari beberapa serangkaian program yang ditawarkan baik pada kalangan anak usia dini sampai remaja.
Bukti shahih atas fenomena positif itu terlihat dari konsen beberapa lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal dalam membimbing anak-anak usia dini untuk mendalami quran, kita bisa katakan diawali dengan masa anak era 80-an cenderung belajar al quran memelalui turutan, anak era 90-an cenderung menggunakan iqra’, anak era 2000-an lebih kompleks lagi pilihanya, ada yang menggunakan metode yanbu’a, qiro’ati dan tilawati.
Belum lagi pada ajenjang remaja, masifnya gerakan tahsin, tahfidz dan tafhim semakin tidak terbantahkan, bayangkan saja anak-anak sesusia remaja sekarang sudah banyak yang hafal al quran, bisa jadi mereka sudah tahsin dan fasih melafadzkanya sejak usia dini artinya perkembangan ilmu al quran pada sisi keduanya sangat efektif.
Namun berbeda halnya dengan tafhim, seolah kita tidak mau melupakan beberapa peristiwa yang menghantam ibu pertiwi dengan beberapa polemik al quran yang maknanya memang multitafsir. Tidak sedikit para muda-mudi banyak yang hanya belum mendalami tafsir al quran, bisa dikatakan bahayanya fenomena tersebut dengan beberapa rentetan peristiwa yang dapat disangkutpautkan dengan dimensi tafhim.
Kita juga sudah mengethui bersama, makna al quran ada yang pada area muhkamat dan mutasyabihat. Muhkamat tidak ada no debat, namun halnya berbeda dengan mutasyabihat dapat menjadi kajian ijtihad sangat dimungkinkan pada fase ini. Geliat fenomena tahsin, tahfidz dan tafhim sejatinya sudah pada jalur yang benar namun perlu penyempurnaan pada goal-nya yakni tafhim.
Seakan seperti berkaca pada dua sisi koin yang pasti ditemukan perbedaanya. Pada jenjang usia dewasa atau menjelang lansia baru-baru ini telat merespon geliat fenomena layaknya jenjang usia dini dan remaja telah berhasil meraihnya. Tidak sedikit sebetulnya para orang dewasa dan lansia buta al quran, tidak bisa baca. Ironisnya hal tersebut merupakan pintu masuk tahfidz dan tafhim.
Seakan mengamini dengan hal ini, Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Kota Depok membuat terobosan berupa program Berantas Buta Quran (BBQ). BBQ tersebut nyatanya telah berjalan sudah 1 tahun lebih ke belakang, alhamdulillah beberapa kompetensi pesertanya telah tahsin secara keseluruhan. Untuk memperkaya khazanah serta varian materi pada program tersebut, sekarang juga ditambah dengan materi fiqih ibadah.
Program ini dilaksankan setiap hari untuk malam setelah maghrib sedangkan sore harinya pada hari rabo dan kamis. Silahkan bagi para jama’ah pecinta al quran dapat mengikutinya. Insya alloh berkah. (aa).