Cendekiamanah.sch.id, Depok-Pada ahad 14 Maret 2021 acara live Damai Indonesiaku TV One kembali hadir di Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Kota Depok. Hal ini telah terkonfirmasi secara rapi melalui interview dengan Penanggung Jawab acara Damai Indonesiaku, Bang Rusydi.
Rusydi menjelaskan bahwa “Damai Indonesiaku kali ini termasuk kali ke-empat hadir di PCA, pasalnya pihak PCA telah mendapatkan apresiasi dari segi pelayanan serta jangkauan tempat yang relatif aman dan strategis”.ujarnya.
Hal tersebut ditambah dengan prokes yang ketat serta tetap tidak menghilangkan rasa khidmat-nya untuk mengikuti proses live Damai Indonesiaku.
Dalam tausyiahnya Kyai Cholil Nafis membahas tentang bagaimana agama dan pendidikan bagaikan dua sisi koin yang saling melengkapi, hal tersebut ditambah dengan muara kerangka pemikiran Mawardi yang menjelaskan bahwa pentingnya agama dan konsep negara bersatu padu dimana agama ada pada negara serta negara melindungi agama.
Karena dengan adanya iman dan islam sebagai akar rumputnya, batangnya adalah syariat dan buahnya adalah adab/akhlaq, bentuk formulasi tersebutlah yang akan membuat pondasi atas kedigdayaan agama dalam bernegara untuk dapat diterima secara baik.
Kyai Cholil juga menambahkan frasa agama dalam perencanaan visi pendidikan Indonesia harus dimasukan untuk membuat kehadiran agama yang telah disepakati secara konsensus melalui Pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa serta turunanya dirumuskan melalui UUD ‘45 pasal 31.
Selain itu KH. Didi selaku pembicara ke-dua juga menyampaikan pentingnya pendidikan sedari dini dikalangan keluarga, karena dengan pendidikan keluarga sebagai madrasatul ula, maka generasi mendatang akan semakin kokoh keimananya juga kokoh cara pandangnya sehingga akan menjadi muslim yang memiliki jiwa militansi tinggi terhadap agama dan nusanya.
KH. Didi juga menambahkan bagaimana motivasi tentang frasa agama harus masuk dalam visi pendidikan Indonesia ke depan karena bangsa kita dihadapkan dengan beberapa stereo konflik realitas dari masing-masing pelaku sehingga sisi citra negatif yang melatarbelakanginya perlu mempunyai tameng sebagai kaderisasi secara proses dan itu ada pada pendidikan”, menurut pandangan beliau. (aa).